Asal Usul Kota Demak Jawa Tengah
Kabupaten Demak, adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah Demak. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di barat, Kabupaten Jepara di utara, Kabupaten Kudus di timur, Kabupaten Grobogan di tenggara, serta Kota Semarang dan Kabupaten Semarang di sebelah barat.
Etimologi
Kata Demak itu adalah berasal dari kata Bahasa Arab, yaitu Dhima' yang artinya rawa. Hal ini mengingat tanah di Demak adalah tanah bekas rawa alias tanah lumpur. Bahkan sampai sekarang jika Musim Hujan di daerah demak sering digenangi air, dan pada musim kemarau tanahnya banyak yang retak, maklumlah karena tanahnya tanah bekas rawa alias tanah lumpur. Karena tanah demak adalah tanah labil, maka jalan raya yang dibangun gampang rusak, oleh karena itu jalan raya di Demak menggunakan beton
Kurang lebih 6 abad yang lalu, berdasarkan letak geografisnya, kawasan yang bernama Demak ternyata tidak terletak di pedalaman yang jaraknya kurang lebih 30 km dari bibir laut Jawa seperti sekarang ini. Kawasan tersebut pada waktu itu berada di dekat Sungai Tuntang yang sumbernya berasal dari Rawa Pening. Geografi kesejarahan mengenai kawasan Demak dapat pula dibaca di buku Dames, yang berjudul “The Soil of East Central Java” (1955). Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa Demak dahulu terletak di tepi laut, atau lebih tepatnya berada di tepi Selat Silugangga yang memisahkan Pulau Muria dengan Jawa Tengah.
Mengenai ekologi Demak, DR.H.J. De Graaf juga menulis bahwa letak Demak cukup menguntungkan bagi kegiatan perdagangan maupun pertanian. Hal ini disebabkan karena selat yang ada di depannya cukup lebar sehingga perahu dari Semarang yang akan menuju Rembang dapat berlayar dengan bebas melalui Demak. Namun setelah abad XVII Selat Muria tidak dapat dipakai lagi sepanjang tahun karena pendangkalan.
Tanggal 28 Maret 1503 ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Demak. Hal ini merujuk pada peristiwa penobatan Raden Patah menjadi Sultan Bintoro yang jatuh pada tanggal 12 Rabiulawal atau 12 Mulud Tahun 1425 Saka (dikonversikan menjadi 28 Maret 1503).Dalam Babat Tanah Jawi, tempat yang bernama Demak berawal dari Raden Patah diperintahkan oleh gurunya (Sunan Ampel) agar merantau ke Barat dan bermukim di sebuah tempat yang terlindung hutan/tanaman Gelagah Wangi letaknya berada di Muara Sungai Tuntang yang sumbernya berada di lereng Gunung Merbabu (Rawa Pening).
Menurut Prof. Soetjipto Wirjosoeprapto, setelah hutan Gelagah Wangi ditebang dan didirikan tetrukan (pemukiman), baru muncul nama Bintoro yang berasal dari kata bethoro (bukit suci bagi penganut agama hindu). Pada kawasan yang berada di sekitar muara Sungai Tuntang, bukit sucinya adalah Gunung Bethoro (Prawoto) yang sekarang masuk daerah Kabupaten Pati.
Menurut beberapa sumber lain menyebutkan bahwa nama bintoro diambil dari nama pohon Bintoro yang dulu banyak tumbuh di sekitar hutan Gelagah Wangi. Ciri-ciri pohon Bintoro mulai dari batang, daun dan bunganya mirip dengan pohon kamboja (apocynaceae), hanya saja buahnya agak menonjol seperti buah apel.
Ada beberapa pendapat mengenai asal nama kota Demak, diantaranya :
Prof.DR. Hamka menafsirkan kata Demak berasal dari bahasa Arab “dama” yang artinya mata air. Selanjutnya penulis Sholihin Salam juga menjelaskan bahwa Demak berasal dari bahasa Arab diambil dari kata “dzimaa in” yang berarti sesuatu yang mengandung air (rawa-rawa). Suatu kenyataan bahwa daerah Demak memang banyak mengandung air; Karena banyaknya rawa dan tanah payau sehingga banyak tebat (kolam) atau sebangsa telaga tempat air tertampung. Catatan : kata delamak dari bahasa Sansekerta berarti rawa. Menurut Prof. Slamet Mulyono, Demak berasal dari bahasa Jawa Kuno “damak”, yang berarti anugerah. Bumi Bintoro saat itu oleh Prabu Kertabhumi Brawijaya V dianugerahkan kepada putranya R. Patah atas bumi bekas hutan Gelagah Wangi. Dasar etimologisnya adalah Kitab Kekawin Ramayana yang berbunyi “Wineh Demak Kapwo Yotho Karamanyo”.
Berasal dari bahasa Arab “dummu” yang berarti air mata. Hal ini diibaratkan sebagai kesusahpayahan para muslim dan mubaligh dalam menyiarkan dan mengembangkan agama islam saat itu. Sehingga para mubaligh dan juru dakwah harus banyak prihatin, tekun dan selalu menangis (munajat) kepada Allah SWT memohon pertolongan dan perlindungan serta kekuatan.
Demak merupakan Kasultanan ketiga di Nusantara atau keempat di Asia Tenggara. Ibukotanya Demak yang sekaligus digunakan sebagai pusat pemerintahan dan pusat penyebaran agama Islam yang diprakarsai oleh para Wali (Wali Songo). Ketika orang Portugis datang ke Nusantara, Majapahit yang agung sudah tidak ada lagi. Menurut catatan pada tahun 1515 Kasultanan Bintoro sudah memiliki wilayah yang luas dari kawasan induknya ke barat hingga Cirebon. Pengaruh Demak terus meluas hingga meliputi Aceh yang dipelopori oleh Syeh Maulana Ishak (Ayah Sunan Giri). Kemudian Palembang, Jambi, Bangka yang dipelopori Adipati Aryo Damar (Ayah Tiri Raden Patah) yang berkedudukan di Palembang; dan beberapa daerah di Kalimantan Selatan, Kotawaringin (Kalimantan Tengah). Menurut hikayat Banjar diceritakan bahwa masyarakat Banjar dulu yang meng-islam-kan adalah penghulu Demak (Bintoro) dan yang pertama kali di-islam-kan adalah Pangeran Natas Angin yang kelak dimakamkan di Komplek Pemakaman Masjid Agung Demak. Di daerah Nusa Tenggara Barat perkembangan agama Islam dipelopori oleh Ki Ageng Prapen dan Syayid Ali Murtoko, adik kandung Sunan Ampel yang berkedudukan di Bima.
Pada masa Kasultanan Demak diperintah oleh Sultan Trenggono, wilayah nusantara benar-benar dapat dipersatukan kembali. Terlebih lagi dengan adanya Fatahillah, Putera Mahkota Sultan Samodera Pasai yang menjadi menantu Raden Patah. Dialah yang berhasil mengusir orang-orang Portugis dari kota Banten dan berhasil menyatukan kerajaan Pasundan yang sudah rapuh. Dengan demikian seluruh pantai utara Jawa Barat sampai Panarukan Jawa Timur (1525-1526) dikuasai oleh Kasultanan Bintoro. Sementara itu Kediri takluk pada tahun 1527 yang berturut-turut kemudian diikuti oleh kawasan yang ada di pedalaman. Sampai akhirnya Blambangan yang letaknya berada di pojok tenggara Jawa Timur menyerah tahun 1546. Disinilah Sultan Trenggono gugur di medan pertempuran ketika berhadapan dengan Prabu Udoro (Brawijaya VII).
Etimologi
Kata Demak itu adalah berasal dari kata Bahasa Arab, yaitu Dhima' yang artinya rawa. Hal ini mengingat tanah di Demak adalah tanah bekas rawa alias tanah lumpur. Bahkan sampai sekarang jika Musim Hujan di daerah demak sering digenangi air, dan pada musim kemarau tanahnya banyak yang retak, maklumlah karena tanahnya tanah bekas rawa alias tanah lumpur. Karena tanah demak adalah tanah labil, maka jalan raya yang dibangun gampang rusak, oleh karena itu jalan raya di Demak menggunakan beton
Logo Kabupaten Demak
Sumber: http://demakkab.go.id/
Sumber: http://demakkab.go.id/
Kurang lebih 6 abad yang lalu, berdasarkan letak geografisnya, kawasan yang bernama Demak ternyata tidak terletak di pedalaman yang jaraknya kurang lebih 30 km dari bibir laut Jawa seperti sekarang ini. Kawasan tersebut pada waktu itu berada di dekat Sungai Tuntang yang sumbernya berasal dari Rawa Pening. Geografi kesejarahan mengenai kawasan Demak dapat pula dibaca di buku Dames, yang berjudul “The Soil of East Central Java” (1955). Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa Demak dahulu terletak di tepi laut, atau lebih tepatnya berada di tepi Selat Silugangga yang memisahkan Pulau Muria dengan Jawa Tengah.
Mengenai ekologi Demak, DR.H.J. De Graaf juga menulis bahwa letak Demak cukup menguntungkan bagi kegiatan perdagangan maupun pertanian. Hal ini disebabkan karena selat yang ada di depannya cukup lebar sehingga perahu dari Semarang yang akan menuju Rembang dapat berlayar dengan bebas melalui Demak. Namun setelah abad XVII Selat Muria tidak dapat dipakai lagi sepanjang tahun karena pendangkalan.
Sumber: http://assets.kompasiana.com/
Tanggal 28 Maret 1503 ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Demak. Hal ini merujuk pada peristiwa penobatan Raden Patah menjadi Sultan Bintoro yang jatuh pada tanggal 12 Rabiulawal atau 12 Mulud Tahun 1425 Saka (dikonversikan menjadi 28 Maret 1503).Dalam Babat Tanah Jawi, tempat yang bernama Demak berawal dari Raden Patah diperintahkan oleh gurunya (Sunan Ampel) agar merantau ke Barat dan bermukim di sebuah tempat yang terlindung hutan/tanaman Gelagah Wangi letaknya berada di Muara Sungai Tuntang yang sumbernya berada di lereng Gunung Merbabu (Rawa Pening).
Menurut Prof. Soetjipto Wirjosoeprapto, setelah hutan Gelagah Wangi ditebang dan didirikan tetrukan (pemukiman), baru muncul nama Bintoro yang berasal dari kata bethoro (bukit suci bagi penganut agama hindu). Pada kawasan yang berada di sekitar muara Sungai Tuntang, bukit sucinya adalah Gunung Bethoro (Prawoto) yang sekarang masuk daerah Kabupaten Pati.
Menurut beberapa sumber lain menyebutkan bahwa nama bintoro diambil dari nama pohon Bintoro yang dulu banyak tumbuh di sekitar hutan Gelagah Wangi. Ciri-ciri pohon Bintoro mulai dari batang, daun dan bunganya mirip dengan pohon kamboja (apocynaceae), hanya saja buahnya agak menonjol seperti buah apel.
Ada beberapa pendapat mengenai asal nama kota Demak, diantaranya :
Prof.DR. Hamka menafsirkan kata Demak berasal dari bahasa Arab “dama” yang artinya mata air. Selanjutnya penulis Sholihin Salam juga menjelaskan bahwa Demak berasal dari bahasa Arab diambil dari kata “dzimaa in” yang berarti sesuatu yang mengandung air (rawa-rawa). Suatu kenyataan bahwa daerah Demak memang banyak mengandung air; Karena banyaknya rawa dan tanah payau sehingga banyak tebat (kolam) atau sebangsa telaga tempat air tertampung. Catatan : kata delamak dari bahasa Sansekerta berarti rawa. Menurut Prof. Slamet Mulyono, Demak berasal dari bahasa Jawa Kuno “damak”, yang berarti anugerah. Bumi Bintoro saat itu oleh Prabu Kertabhumi Brawijaya V dianugerahkan kepada putranya R. Patah atas bumi bekas hutan Gelagah Wangi. Dasar etimologisnya adalah Kitab Kekawin Ramayana yang berbunyi “Wineh Demak Kapwo Yotho Karamanyo”.
Berasal dari bahasa Arab “dummu” yang berarti air mata. Hal ini diibaratkan sebagai kesusahpayahan para muslim dan mubaligh dalam menyiarkan dan mengembangkan agama islam saat itu. Sehingga para mubaligh dan juru dakwah harus banyak prihatin, tekun dan selalu menangis (munajat) kepada Allah SWT memohon pertolongan dan perlindungan serta kekuatan.
Demak merupakan Kasultanan ketiga di Nusantara atau keempat di Asia Tenggara. Ibukotanya Demak yang sekaligus digunakan sebagai pusat pemerintahan dan pusat penyebaran agama Islam yang diprakarsai oleh para Wali (Wali Songo). Ketika orang Portugis datang ke Nusantara, Majapahit yang agung sudah tidak ada lagi. Menurut catatan pada tahun 1515 Kasultanan Bintoro sudah memiliki wilayah yang luas dari kawasan induknya ke barat hingga Cirebon. Pengaruh Demak terus meluas hingga meliputi Aceh yang dipelopori oleh Syeh Maulana Ishak (Ayah Sunan Giri). Kemudian Palembang, Jambi, Bangka yang dipelopori Adipati Aryo Damar (Ayah Tiri Raden Patah) yang berkedudukan di Palembang; dan beberapa daerah di Kalimantan Selatan, Kotawaringin (Kalimantan Tengah). Menurut hikayat Banjar diceritakan bahwa masyarakat Banjar dulu yang meng-islam-kan adalah penghulu Demak (Bintoro) dan yang pertama kali di-islam-kan adalah Pangeran Natas Angin yang kelak dimakamkan di Komplek Pemakaman Masjid Agung Demak. Di daerah Nusa Tenggara Barat perkembangan agama Islam dipelopori oleh Ki Ageng Prapen dan Syayid Ali Murtoko, adik kandung Sunan Ampel yang berkedudukan di Bima.
Pada masa Kasultanan Demak diperintah oleh Sultan Trenggono, wilayah nusantara benar-benar dapat dipersatukan kembali. Terlebih lagi dengan adanya Fatahillah, Putera Mahkota Sultan Samodera Pasai yang menjadi menantu Raden Patah. Dialah yang berhasil mengusir orang-orang Portugis dari kota Banten dan berhasil menyatukan kerajaan Pasundan yang sudah rapuh. Dengan demikian seluruh pantai utara Jawa Barat sampai Panarukan Jawa Timur (1525-1526) dikuasai oleh Kasultanan Bintoro. Sementara itu Kediri takluk pada tahun 1527 yang berturut-turut kemudian diikuti oleh kawasan yang ada di pedalaman. Sampai akhirnya Blambangan yang letaknya berada di pojok tenggara Jawa Timur menyerah tahun 1546. Disinilah Sultan Trenggono gugur di medan pertempuran ketika berhadapan dengan Prabu Udoro (Brawijaya VII).
Sumber: http://demakkab.go.id/
Sumber: http://sraksruk.blogspot.com/
Sumber: http://kabaruntukkita.blogspot.com/
Terima kasih mbak erna, jd lebih tau latar belakang dan sejarah, seputar kota Demak sekarang :)
ReplyDeleteiya mbak sama-sama :)
DeleteKota Demak memang kota yang penuh dengan sejarah religi, mirip dengan kota seperti Cirebon, Banten dan kota-kota religi lainnya.
ReplyDeletemakanya kalau mampir ke Demok hati jadi maknyes.
tidak salah itu mas...?
Deletebanyak versi bicara tentang asal usul demak terutama nama dan letak geografiknya, yang saya tahu demak merupakan salah satu pusat kota penyebaran agama islam sangat banyak pelajaran disana. Kalau kita lihat letak geografis kota-kota pusat kerajaan yang bercorak Islam pada umunya terletak di pesisir-pesisir dan muara sungai. dari salah satu pendapat tentang arti demakpun sudah mengarah kesana (bandar) jalur strategis
ReplyDeletebetul mas :)
Deletebetul ya mbak? ya ila lah lawong saya komen berdasar referensi hehe
Deletekapan-kapan saya mau buat reviuwnya tentang kota Demak ini, di blog travel saya, makasih mbak sudah memberikan inspirasi,.... salam
ReplyDeleteiya mas, terima kasih kembali ya
DeleteOh mbak erna ini pakarnya sejarah iya? hehehe
ReplyDeletehanya sekedar tau mbak
DeleteOwh.. ternyata kata demak berasal dari bahasa Arab, yaitu Dhima. baru tau saya..hehehe
ReplyDeleteiya mas
Deletewah panjang juga ceritanya mbak, tapi lumayan juga menambah pengetahuan. terima kasih sudah berbagi....follow blognya ah. nambah2 sahabat blogger.
ReplyDeleteiya mas, segera kembali
Deleteberkunjung siang silahturrahmi :)
ReplyDeletekunjungan diterima mas :)
Deletejadi pengen ke demak ngunjungi masjid punya sunan *sukhoi*
ReplyDeleteoh iya kunjungan pertama saya ini
salam kenal mbak
kalau berkenan followback blog saya
ok mas, segera berkunjung :)
DeleteSejarah nih mbak.. saya suka sekali belajar sejarah... :)
ReplyDeleteiya mas :)
DeleteNah saya suka baca informasi seperti asal-usul kota Demak ini. Membuat saya jadi tahu bagaimana suka dukanya saat babat alas sebuah daerah. Terima kasih informasi nya dan salam kenal buat Mbak Erna. :D
ReplyDeleteiya mas, terima kasih n salam kenal kembali ya
Deletedetail dan lengkap sekali ulasan serta asal usul sejarah kota demak ini mbak, trims :)
ReplyDeleteiya mas, sama-sama
Deleteohh jadi arti dari kata Demak itu adalah Rawa,barutahu saya mah atuh hehe,,,ok mbak Erna terimakasih yah untuk info tentang asal usul kota demak,,,semoga saja jadi pengetahuan tambahan untuk kita semua,,,,
ReplyDeletePastinya pak dede :)
Deleteiya :)
Deletehmm, byk informasi sejarah penting disini ya.. jd tau nih, menambah wawasan sejarah. padahal sewaktu SMA dulu ane paling gak suka ama pelajaran sejarah, hehe :D
ReplyDeletepadahal sejarah itu penting lho mas :)
DeletePanjang dan penuh dengan sejarah religi ya Mbak sejarah kota demak ini
ReplyDeleteiya mas :)
Deletewaaa jadi tahu sekarang kalau asal usul sejarah kota Demak seperti itu,, keren dengan sejarah relijinya.. terimakasih mbak Erna
ReplyDeletesama-sama terima kasih kembali ya
DeleteIni adalah kabupaten tujuan wisata saya berikutnya, setidaknya saya lebih tahu tentang Demak setelah membaca artikel ini. terimakasih sudah menyempatkan diri untuk berbagi
ReplyDeleteok terima kasih kembali
Deletehobi saya nih baca yang artikel asal usul yang seperti ini, makasih ya sharenya
ReplyDeletesama-sama mas
Deletenyimak sejarah demak
ReplyDeletemakasih mba, nambah wawasan banget
iya mas, terima kasih kembali ya
DeleteSelamat Siang Mba, Karena ini kunjungan perdana saya,jadi pertama tama saya minta izin dulu untuk Follow blognya agar Silaturahmi nantinya bisa terjalin,dan jika berkenan untuk follback,tentunya saya sangat berterima kasih, silahkan jalan jalan kesebelah digubuk tua saya untuk follow juga. Setelah membaca Artikel di atas,saya jadi tahu Mba mengenai asal usul Kota Demak.
ReplyDeleteok mas, segera berkunjung...
Deleteyou comment i follow :)
Keren ya mbak logo kabupaten demak ini..
ReplyDeleteiya mas :)
DeleteBila menyusi kisah sejarah asla usul kota Demak paling nikmat bila di lihat dari versi babad Tanah Jawi Mba, karena ini ada hubungannya dengan Majapahit dan Palembang. nanti ketmunya di Semarang Sam Poo Ko. Itu sih kalau tidak salah saya ingat ya Mba. he,, he,, he,,, :D
ReplyDeleteiya mas, beda versi
Deletemenarik sekali ya mbak kalau kita menelusuri kembali asal-usul sebuah kota, termasuk kota Demak ini
ReplyDeleteiya mbak, sangat menarik
DeleteTernayata hari jadinya kota demak sudah lama sekali ya mba,.
ReplyDeleteiya mas, sudah sangat lama
Deletekalau diamati bahwa demak merupakana kota strategis dan saya setuju dengan pernyataan Prof. Slamet Mulyono, yang mengatakan bahwa Demak berasal dari bahasa Jawa Kuno “damak”, yang berarti anugerah. Bumi Bintoro saat itu oleh Prabu Kertabhumi Brawijaya V dianugerahkan kepada putranya R. Patah atas bumi bekas hutan Gelagah Wangi. Dasar etimologisnya adalah Kitab Kekawin Ramayana yang berbunyi “Wineh Demak Kapwo Yotho Karamanyo”.
ReplyDeleteok makasih atas infonya.
iya mbah dinan sama-sama
DeleteSIIP blognya mengandung unsur 2 sejarah ,nenk ...mantap !
ReplyDeletedemak punya keraton gag ?
ReplyDeleteDemak Kabupaten Sudah Tua, tapi masih tertinggal
ReplyDeletePembangunan masih kalah jauh dibandingkan dengan kota yg baru berdiri puluhan tahun
Demak oh kota Demak kota tanah kelahiran ku.......