Asal Usul Kota Kediri Jawa Timur
Kabupaten Kediri adalah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Pusat pemerintahan berada di Kediri meskipun pemindahan pusat pemerintahan ke Pare telah lama direncanakan dan bahkan sekarang dibatalkan. Akhirnya pada saat ini ibu kota Kabupaten Kediri secara de jure berada di Kecamatan Ngasem. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Jombang di utara, Kabupaten Malang di timur, Kabupaten Blitar dan Kabupaten Tulungagung di selatan, Kabupaten Madiun dan Kabupaten Ponorogo di barat, serta Kabupaten Nganjuk di barat dan utara.
Kabupaten Kediri memiliki luas wilayah 963,21 km² dengan 26 kecamatan.
Pada zaman dahulu, di daerah yang sekarang disebut Kediri, berdirilah sebuah kerajaan besar. Nama Kerajaannya adalah "Kerajaan Medang". Salah satu rajanya yang terkenal bernama Prabu Airlangga beliau berasal dari Bali. Beliau menjadi Raja Medang setelah menikah dengan putri dari Raja medang sebelumnya
Pada Saat usia Prabu Airlangga sudah tua, ia ingin menjadi pertapa dan tahta Kerajaan Medang akan diserahkan pada putri Dyah Sangramawijaya anak dari permaisurinya yang hanya seorang. la adalah seorang putri yang cantik jelita. Namun, sang Putri menolak tahta tersebut, sang putri lebih memilih menjadi pertapa daripada menjadi seorang ratu yang bergelimang harta, sang putri akhirnya menerima restu dari ayahnya untuk menjadi pertapa. Putri Dyah Sangramawijaya bertapa di Goa Selomangleng dan merubah namanya menjadi Dewi Kilisuci.
Karena sang putri menolak pemberian tahta, maka Prabu Airlangga lalu berkeinginan menyerahkan tahta kerajaan pada putranya yang berasal dari selir. Masalah pun muncul lagi, karena sang selir memiliki dua orang putra. Kedua putranya bernama Raden Jayengrana dan Raden Jayanagara. Prabu Airlangga bingung jika harus memilih salah satu diantara mereka, karena jika dipilih salah satu, akan menimbulkan iri hati bahkan peperangan nantinya.
Diutuslah Empu Baradha orang kepercayaan sang Prabu untuk pergi ke Bali dengan tujuan meminta tahta kerajaan milik Prabu Airlangga di Pulau Bali untuk diberikan kepada salah satu putranya. Ternyata tahta raja milik Prabu Airlangga di Bali sudah diberikan kepada adik prabu Airlangga yang bernama anak Wungsu.
Rencana sang Prabu gagal lagi.
Kerajaan Medang dibagi dua dan Asal Usul Sungai Brantas
Melihat sang Prabu yang sedang bersedih, Empu Baradha mengajukan solusi atas permasalahan pelik tsb. Setelah mendapat restu dari Raja, Empu Baradha terbang sambil membawa kendi berisi air. Dari atas, sang Empu bisa melihat secara jelas batas-batas kerajaan Medang, setelah sampai tepat ditengah-tengah kerajaan medang, beliau mengucurkan air kendinya untuk menjadi batas, membagi dua kerajaan Medang. Air yang jatuh ke tanah dari tumpahan kendi itu mendadak menjadi sungai, sungai itulah yang di sebut Sungai Brantas.
Kerajaan Medang sebelah timur di beri nama kerajaan Jenggala dan diserahkan pada Raden Jayengrana! sedangkan bagian barat sungai diberi nama Kerajaan Kediri dan diberikan pada putraku Raden Jayanagara.
Sejarah Kediri
Sejarah berdirinya Kabupaten Kediri bisa dikategorikan dalam beberapa fase. Fase pertama di mulai pada jaman kerajaan yang dipimpin oleh Airlangga. Airlangga yang waktu bergelar CRIMAHARAJA RAKELAHU CRILO-KESWARA DHARMAWANGSA AIRLANGGA ANANTA WIKRAMA-TUNGGADEWA telah berhasil menyatukan daerah-daerah kerajaan Dharmawangsa yang telah pecah-belah akibat pengaruh Sriwijaya.
Sesuai dengan kehidupan orang Hindu, Airlangga ingin memenuhi kewajibannya yaitu menjadi pertapa, dan sebelum mengundurkan diri pada tahun 1041 ia membagi kerajaanmenjadi dua bagian untuk kedua putranya.
Adapun pembagian kerajaan sebagai berikut :
Fase kedua adalah dimana Kerajaan Kadiri bermula. Seusai era kerajaan Jenggala, berdirilah satu kerajaan bernama Panjalu dan terkenal dengan nama Dhaha, letak ibukotanya kira-kira di kota Kediri sekarang ini. Pada pertengahan abad ke-11 mulailah sejarah kerajaan Kadiri, dengan SRI JAYAWARSA sebagai raja pertama yang memerintah pada tahun 1104-1115 M.
Raja Kadiri terakhir adalah KERTAJAYA yang memerintah pada tahun 1185-1222 M, ia memerintah dengan sewenang-wenang hingga timbul pemberontakan yang melemahkan kerajaan. Seperti pertentangan-pertentangan antara Kertjaya dengan golongan Pendeta.
Golongan Pendeta menyingkir ke Tumapel (Ken Arok) dan selanjutnya mengadakan pemberontakan. Penyerangan Tumapel (Ken Arok) pada tahun 1222 telah meruntuhkan kerajaan Kadiri, mulailah tahta kerajaan diduduki oleh Ken Arok dan Kerajaan dipindah ke Singosari.
Dalam masa kepemimpinan kerajaan Singosari, yang di pegang oleh Kertanegara, terdapat beberapa keberhasilan yang bisa diraih dalam pemerintahan Kartanegara tersebut, seperti :
Pada tahun 1906, berdasarkan Staasblad no. 148 tertanggal 1 maret 1906, mulai berlaku tanggal 1 April 1906 dibentuk Gemeente Kediri sebagai tempat kedudukan Resident Kediri, sifat pemerintahan otonom terbatas dan sudah mempunyai Gemeente Road sebanyak 13 orang, yang terdiri atas 8 orang golongan Eropa dan yang disamakan, 4 orang Pribumi (Inlander) dan 1 orang Bangsa Timur Asing, dan berdasarkan Stbl No. 173 tertanggal 13 Maret 1906 ditettapkan anggaran keuangan sebesar f. 15.240 dalam satu tahun, pada tanggal 1 Nopember 1928 berdasarkan Stbl No. 498 menjadi Zelfstanding Gemeenteschap mulai berlaku tanggal 1 Januari 1928 (menjadi otonom penuh).
Setelah Belanda menyerah kepada Jepang pada tanggal 10 Maret 1942, maka Kota Kediri pun mengalami perubahan pemerintahan. Karena wilayah kerja Gemeente Kediri yang begitu kecil dan tugasnya sangat terbatas oleh pemerintah Jepang daerahnya diperluas menjadi daerah kota sekarang daerah Kediri Shi dikepalai oleh Shicho.
Kediri Shi terdiri dari 3 Son dikepalai oleh Shoncho Son itu terdiri dari beberapa Ku dikepalai Kucho Pemerintahan Kediri Shi dipimpin oleh seorang Shicho (Walikotamadya) tidak saja menjalankan pemerintahan otonomi tetapi juga menjalankan algemeen bestuur (Pemerintahan Umum). Hanya di bidang otonomi tidak didampingi oleh DPRD. Wewenang penuh ditangan Kediri Shicho.
Setelah menyerahnya Jepang kepada Sekutu, habislah sejarah Pemerintah Jepang di Kediri, maka Pemerintah beralih kepada RI. Mula-mula walikota Kediri didampingi oleh Komite Nasional Kotamadya, kemudian daerah berkembang sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
Kabupaten Kediri memiliki luas wilayah 963,21 km² dengan 26 kecamatan.
Pada zaman dahulu, di daerah yang sekarang disebut Kediri, berdirilah sebuah kerajaan besar. Nama Kerajaannya adalah "Kerajaan Medang". Salah satu rajanya yang terkenal bernama Prabu Airlangga beliau berasal dari Bali. Beliau menjadi Raja Medang setelah menikah dengan putri dari Raja medang sebelumnya
Pada Saat usia Prabu Airlangga sudah tua, ia ingin menjadi pertapa dan tahta Kerajaan Medang akan diserahkan pada putri Dyah Sangramawijaya anak dari permaisurinya yang hanya seorang. la adalah seorang putri yang cantik jelita. Namun, sang Putri menolak tahta tersebut, sang putri lebih memilih menjadi pertapa daripada menjadi seorang ratu yang bergelimang harta, sang putri akhirnya menerima restu dari ayahnya untuk menjadi pertapa. Putri Dyah Sangramawijaya bertapa di Goa Selomangleng dan merubah namanya menjadi Dewi Kilisuci.
Karena sang putri menolak pemberian tahta, maka Prabu Airlangga lalu berkeinginan menyerahkan tahta kerajaan pada putranya yang berasal dari selir. Masalah pun muncul lagi, karena sang selir memiliki dua orang putra. Kedua putranya bernama Raden Jayengrana dan Raden Jayanagara. Prabu Airlangga bingung jika harus memilih salah satu diantara mereka, karena jika dipilih salah satu, akan menimbulkan iri hati bahkan peperangan nantinya.
Diutuslah Empu Baradha orang kepercayaan sang Prabu untuk pergi ke Bali dengan tujuan meminta tahta kerajaan milik Prabu Airlangga di Pulau Bali untuk diberikan kepada salah satu putranya. Ternyata tahta raja milik Prabu Airlangga di Bali sudah diberikan kepada adik prabu Airlangga yang bernama anak Wungsu.
Rencana sang Prabu gagal lagi.
Lambang Kabupaten Kediri
Sumber: https://www.google.co.id/
Kerajaan Medang dibagi dua dan Asal Usul Sungai Brantas
Melihat sang Prabu yang sedang bersedih, Empu Baradha mengajukan solusi atas permasalahan pelik tsb. Setelah mendapat restu dari Raja, Empu Baradha terbang sambil membawa kendi berisi air. Dari atas, sang Empu bisa melihat secara jelas batas-batas kerajaan Medang, setelah sampai tepat ditengah-tengah kerajaan medang, beliau mengucurkan air kendinya untuk menjadi batas, membagi dua kerajaan Medang. Air yang jatuh ke tanah dari tumpahan kendi itu mendadak menjadi sungai, sungai itulah yang di sebut Sungai Brantas.
Kerajaan Medang sebelah timur di beri nama kerajaan Jenggala dan diserahkan pada Raden Jayengrana! sedangkan bagian barat sungai diberi nama Kerajaan Kediri dan diberikan pada putraku Raden Jayanagara.
Sejarah Kediri
Sejarah berdirinya Kabupaten Kediri bisa dikategorikan dalam beberapa fase. Fase pertama di mulai pada jaman kerajaan yang dipimpin oleh Airlangga. Airlangga yang waktu bergelar CRIMAHARAJA RAKELAHU CRILO-KESWARA DHARMAWANGSA AIRLANGGA ANANTA WIKRAMA-TUNGGADEWA telah berhasil menyatukan daerah-daerah kerajaan Dharmawangsa yang telah pecah-belah akibat pengaruh Sriwijaya.
Sesuai dengan kehidupan orang Hindu, Airlangga ingin memenuhi kewajibannya yaitu menjadi pertapa, dan sebelum mengundurkan diri pada tahun 1041 ia membagi kerajaanmenjadi dua bagian untuk kedua putranya.
Adapun pembagian kerajaan sebagai berikut :
- Bagian Timur: Kerajaan Jenggala denga ibukota Kahuripan meliputi daearah Surabaya, Malang dan Besuki.
- Bagian Barat: Kerajaan Panjalu atau Kadiri meliputi daerah Kediri, Madiun dengan ibukota Dahapura.
Fase kedua adalah dimana Kerajaan Kadiri bermula. Seusai era kerajaan Jenggala, berdirilah satu kerajaan bernama Panjalu dan terkenal dengan nama Dhaha, letak ibukotanya kira-kira di kota Kediri sekarang ini. Pada pertengahan abad ke-11 mulailah sejarah kerajaan Kadiri, dengan SRI JAYAWARSA sebagai raja pertama yang memerintah pada tahun 1104-1115 M.
Raja Kadiri terakhir adalah KERTAJAYA yang memerintah pada tahun 1185-1222 M, ia memerintah dengan sewenang-wenang hingga timbul pemberontakan yang melemahkan kerajaan. Seperti pertentangan-pertentangan antara Kertjaya dengan golongan Pendeta.
Golongan Pendeta menyingkir ke Tumapel (Ken Arok) dan selanjutnya mengadakan pemberontakan. Penyerangan Tumapel (Ken Arok) pada tahun 1222 telah meruntuhkan kerajaan Kadiri, mulailah tahta kerajaan diduduki oleh Ken Arok dan Kerajaan dipindah ke Singosari.
Dalam masa kepemimpinan kerajaan Singosari, yang di pegang oleh Kertanegara, terdapat beberapa keberhasilan yang bisa diraih dalam pemerintahan Kartanegara tersebut, seperti :
- Mempersatukan Nusantara
- Pembinaan menjadi Negara Maritim yang teguh
- Membantu perkembangan agama Syiwa dan Budha
- Dengan berkembangnya kekuasaan Singosari, hal ini menimbulkan kecurigaan negara-negara sekitarnya, lebih-lebih kerajaan Mongol (Cina) dibawah Kaisar Kubilai Khan, yang ingin merebut tanah air kita.
Pada tahun 1906, berdasarkan Staasblad no. 148 tertanggal 1 maret 1906, mulai berlaku tanggal 1 April 1906 dibentuk Gemeente Kediri sebagai tempat kedudukan Resident Kediri, sifat pemerintahan otonom terbatas dan sudah mempunyai Gemeente Road sebanyak 13 orang, yang terdiri atas 8 orang golongan Eropa dan yang disamakan, 4 orang Pribumi (Inlander) dan 1 orang Bangsa Timur Asing, dan berdasarkan Stbl No. 173 tertanggal 13 Maret 1906 ditettapkan anggaran keuangan sebesar f. 15.240 dalam satu tahun, pada tanggal 1 Nopember 1928 berdasarkan Stbl No. 498 menjadi Zelfstanding Gemeenteschap mulai berlaku tanggal 1 Januari 1928 (menjadi otonom penuh).
Setelah Belanda menyerah kepada Jepang pada tanggal 10 Maret 1942, maka Kota Kediri pun mengalami perubahan pemerintahan. Karena wilayah kerja Gemeente Kediri yang begitu kecil dan tugasnya sangat terbatas oleh pemerintah Jepang daerahnya diperluas menjadi daerah kota sekarang daerah Kediri Shi dikepalai oleh Shicho.
Kediri Shi terdiri dari 3 Son dikepalai oleh Shoncho Son itu terdiri dari beberapa Ku dikepalai Kucho Pemerintahan Kediri Shi dipimpin oleh seorang Shicho (Walikotamadya) tidak saja menjalankan pemerintahan otonomi tetapi juga menjalankan algemeen bestuur (Pemerintahan Umum). Hanya di bidang otonomi tidak didampingi oleh DPRD. Wewenang penuh ditangan Kediri Shicho.
Setelah menyerahnya Jepang kepada Sekutu, habislah sejarah Pemerintah Jepang di Kediri, maka Pemerintah beralih kepada RI. Mula-mula walikota Kediri didampingi oleh Komite Nasional Kotamadya, kemudian daerah berkembang sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
Kediri kota yang banyak menyimpan sejarah terutama bidang ke agamaan khususnya Islam
ReplyDeletecontohnya apa mang?
Delete