-->

Asal Usul Kota Bangkalan Jawa Timur

Bangkalan merupakan salah satu dari 4 Kabupaten di Madura setelah Sampang, Pamekasan dan Sumenep yang terletak di sebelah ujung Barat Pulau Madura. Jika TreTan mengunjungi Pulau Garam Madura melalui Pelabuhan Perak Surabaya dan sampai di Pelabuhan Ujung Kamal, maka TreTan telah menginjakkan kaki di Kecamatan Kamal, Kabupaten Bangkalan.

Dari Pelabuhan Ujung Kamal untuk mencapai Kota Bangkalan, diperlukan perjalanan sejauh sekitar 43 KM melewati pedesaan dan pemandangan alam berupa persawahan dan ketika sampai pada Kota Bangkalan, akan terlihat hiruk pikuk kehidupan, lalu lalang berbagai kendaraan umum dan ramainya toko berderet-deret menjual berbagai kebutuhan.


Terdiri dari 18 Kecamatan dengan 273 Desa dan 8 Kelurahan dengan pusat pemerintahan di Kecamatan Bangkalan.

Banyak hal yang akan ditemui ketika sampai dikota kecil ini, namun sebelum itu perlu sedikit pengetahuan bagaimana asal usul dari Kabupaten Bangkalan ini? berikut adalah cerita mengenai Kabupaten Bangkalan yang tidak terlepas dengan cerita masa lalu sebagaimana Kabupaten di Madura lainnya.

Bangkalan berasal dari kata "bangka" dan "la-'an" yang artinya sudah matilah. istilah ini diambil dari cerita legenda tewasnya pemberontak sakti Ki Lesap yang tewas di Madura Barat.

Menurut cerita, setelah kejayaan Arya Wiraraja sebagai adipati pertama di Madura, maka pada dekade berikutnya perubahan jaman mulai membentuk karakter orang-orang Madura. Jaman yang penuh pergulatan dan perjuangan kala itu.
Yang paling mengenaskan ialah saat kolonial Belanda bercokol di Madura. Dan saat itulah banyak timbul pemberontakan-pemberontakan, yang kerap dikenal dengan pemberontakan Trunojoyo, Ke’ (Pak) Lesap, Sakerah dan lainnya.

Tampilnya Pangeran Trunojoyo sebagai pahlawan melawan penjajah merupakan awal kebangkitan Madura sebagai langkah menuju pemberontakan berikutnya. Trunojoyo putra Pangeran Waluyo yang pada dasarnya berjuang untuk membasmi ketidak adilan disambut gegap gempita oleh rakyat Madura setelah meninggalkan Mataram yang kemudian menaklukkan seluruh Madura. Pada perjuangan berikutnya, Trunojoyo mendapat bantuan dari orang-orang Makasar yang melakukan perampokan-perampokan dilautan sekitar Jawa Timur setelah Makasar jatuh. Dari persekutuan Makasar-Madura itulah yang kemudian diperkuat perkawinan Putri Trunojoyo dengan tokoh dari Makasar, Karaeng Galesong. Menjadikan keterpaduan wilayah yang berjarak jauh itu. Keterpaduan itu dapat dibuktikan, bahwa banyak hal persamaan antara keduanya. Baik secara hidup masyarakatnya, watak, maupun sikap kesehariannya. Bahkan di Madura sendiri (pulau Kangean-Sumenep), bahasa yang dipergunakan bahasa daerah yang dipengaruhi oleh bahasa Madura, Bugis, Jawa dan Melayu.

Tokoh lain yang kerap menjadi kebanggan orang Madura, ialah Ke’ Lesap. Dalam cerita disebutkan, bahwa Ke’ Lesap memilikissebuah golok dan dapat disuruh mengamuk sendiri tanpa ada yang memegangnya. Karena kesaktian-kesaktian yang dimiliki, ia makin menjadi kesohor sampai seluruh pelosook Madura. Pada akhirnya, Ke’ Lesap merasa yakin, bahwa ia sudah cukup mampu untuk mulai mengobarkan api pemberontakan. Keahlian dan kemasyhurannya, banyak membawa simpati kepada rakyat, sehingga sehingga pada saat turun dari pertapaan (Gunung Payudan) dengan sangat mudah dapat menaklukkan desa-desa yang didatangi.

Setelah menaklukkan wilayah dari Timur, Sumenep, Pamekasan dan Sampang, maka Ke’ Lesap beserta pasukannya menuju Bangkalan. Pertempuran dimulai, sebab pasukan Cakraningrat V sebagai penguasa di Bangkalan mengadakan perlawanan yang cukup hebat. Namun akhirnya kekuatan Bangkalan dapat dipukul mundur. Bantuan kompeni didatangkan dari Surabaya, dan pertempuran berlangsung kembali. Meski demikian dengan bantuan tersebut, Ke’ Lesap masih bertahan dan memukul mundur, dan Cakraningrat V mengungsi ke Malaja. Sedang benteng dipertahankan oleh kompeni.

Namun pada akhirnya, Ke’ Lesap jatuh di tempat asalnya, yaitu ketika Cakraningrat V melancarkan tipu muslihat dengan mengirim wanita ketempat pesanggrahan Ke’ Lesap di dea Tonjung. Wanta Tanda’ (ronggeng) yang berbusana keraton itu memegang bendera putih dan menyerahkan kepada Ke’ lesap. Bagi Ke’ Lesap tanda bendera putih itu pertanda Cakraningrat menyerah. Namun apadaya titik kelemahan Cakraningrat terletak di rambutnya. Konon wanita yang menyamar sebagai putri keraton (bernama nyi Marpuah) sesuai perintah CakraningratV berkesempatan memotong rambut Ke’ Lesap. Saat itu pula hilang kekuatannya termasuk kekuatan senjata goloknya yang bernama Kodhi’ Crangcang.

Pada saat bersamaan Cakraningrat V beserta bala tentaranya menyerang dan menusukkan tombak pusaka Bangkalanyang bernama Si Nenggolo Gemetar. Dan bersinar seolah mengeluarkan api. Dan pada akhirnya Ke’ Lesap beserta bala tentaranya banyak yang binasa. Maka berteriaklah rakyat yang mengikuti rajanya bersama-sama berteriak ”Bangka-la’an” artinya sudah matilah. Sebagaimana diabadikan dengan nama Bangkalan, salah satu kabupaten di Madura.

Raja Bangkalan Dari Tahun 1531 – 1882

Tahun 1531 – 1592 : Kiai Pratanu (Panembahan Lemah Duwur)
Tahun 1592 – 1620 : Raden Koro (Pangeran Tengah)
Tahun 1621 – 1624 : Pangeran Mas
Tahun 1624 – 1648 : Raden Prasmo (Pangeran Cakraningrat I)
Tahun 1648 – 1707 : Raden Undakan (Pangeran Cakraningrat II)
Tahun 1707 – 1718 : Raden Tumenggung Suroadiningrat
(Pangeran Cakraningrat III)
Tahun 1718 – 1745 : Pangeran Sidingkap (Pangeran Cakraningrat IV)
Tahun 1745 – 1770 : Pangeran Sidomukti (Pangeran Cakraningrat V)
Tahun 1770 – 1780 : Raden Tumenggung Mangkudiningrat
(Panembahan Adipati Pangeran Cakraadiningrat VI)
Tahun 1780 – 1815 : Sultan Abdu/Sultan Bangkalan I
(Panembahan Adipati Pangeran Cakraadiningrat VII)
Tahun 1815 – 1847 : Sultan Abdul Kadirun (Sultan Bangkalan II)
Tahun 1847 – 1862 : Raden Yusuf (Panembahan Cakraadiningrat VII)

0 Response to "Asal Usul Kota Bangkalan Jawa Timur"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel