-->

Sejarah Kota Jember Jawa Timur

Pada masa 1900-an daerah Jember bukanlah sebuah kota, melainkan bagian dari Bondowoso yang dijadikan daerah perkebunan dan irigasi oleh Belanda. Jember sendiri sebenarnya bukan daerah pemukiman, sehingga saat ini, nyaris tidak ada penduduk Jember yang asli Jember. Kebanyakan dari mereka adalah imigran dari Madura (Sumenep, Pamekasan dll) dan Jawa pedalaman (Tulungagung, Blitar, Trenggalek, Madiun dan sekitarnya) yang dipekerjakan di perkebunan oleh Belanda. Apalagi semenjak dibukanya jalur kereta api Surabaya - Jember - Banyuwangi semakin banyaklah pendatang dari daerah-daerah tersebut mencari kehidupan dan harapan baru di daerah yang menjanjikan ini. Baik di perkebunan maupun di jawatan kereta api. Jadi bisa dimaklumi kenapa Jember tidak memiliki kesenian yang khas seperti Reog, Kuda Lumping dan lainnya.

Sebutan Jember

Banyak istilah tentang nama Jember. Ada yang mengartikan Jember berasal dari kata Jembrek (becek). Ada juga Jember dari bahasa Jawa alus yang artinya kotor, ini berkaitan dengan kisah salah satu Putri Raja Brawijaya (Raja Majapahit) yang bernama Endang Retnawati, juga ada yang mengkaitkan dengan nama seorang Putri kerajaan di Jember Selatan yang bernama Putri Jembarsari, dan ada juga yang menganggapnya berasal dari kata jembar (luas). Banyak sekali versi, dan saya juga tidak tahu yang mana yang benar. Jadi saya ambil satu kisah yang terakhir.

Sejarah Kota Jember Jawa Timur

Jembar (Jawa), Jembher (Madura), Jember

Telah kita ketahui bahwa daerah Jember saat ini dihuni oleh dua suku mayoritas, yaitu Jawa dan Madura. Suku Jawa kebanyakan bermukim di daerah selatan yang merupakan dataran rendah dekat pantai sedangkan suku madura kebanyakan bermukim di daerah utara yang merupakan daerah pegunungan dari rangkaian pegunungan hiyang dengan puncaknya Gunung Argopura, Ijen, Raung yang kesemuanya masih aktif. Kedua suku ini justru bertemu di sepanjang bagian barat tengah dan timur Jember. Sehingga terjadi percampuran bahasa yang memunculkan logat dan istilah khas Jember. Jadi bukan hal yang aneh bila masyarakat daerah barat, tengah & timur Jember bisa menguasai dua bahasa daerah sekaligus.

Kisah ini bermula ketika imigran dari Jawa dan Madura bertemu pada satu titik. Lalu (katanya) si orang Jawa bilang, "Nang kene ae lemahe sek jembar" dan si Madura bilang, "Eh dinak beih tanahna gik jembher", (dengan penekanan di huruf 'b') jadi bila digabung muncullah istilah Jember yang sudah tidak mengalami penekanan di huruf 'b' lagi.
Hingga pemerintahan Hindia Belanda mengeluarkan surat keputusan pada tanggal 9 Agustus 1928 tentang dipisahkannya daerah Jember dari bagian Bondowoso dan mulai aktif secara sah sesuai hukum pada 1 Januari 1929 Kabupaten Jember lahir dengan bupatinya yang pertama yaitu Bapak Noto Hadinegoro (yang namanya diabadikan sebagai nama Lapangan Terbang Noto Hadinegoro), yang saat ini baru melayani penerbangan Jember-Surabaya PP.

Asal Mula Kota jember menurut cerita rakyat.
Cerita ini berkaitan erat dengan cerita-cerita kerajaan yang beredar di masyarakat jawa timur. Konon di pantai selatan pada zaman dahulu kala ada kerajaan yang sangat sentosa. Sang raja sangat arif dan bijaksana. Segala hasil bumi negerinya dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat. sehingga rakyat bisa hidup secara aman dan tenteram. Kemakmuran kerajaan tersebut mengundang decak kagum dari kerajaan lain disekitarnya. Namun, hal tersebut juga yang mengundang kelompok bajak laut utk menyerang kerajaan tersebut. Mereka berhasrat menaklukkan dan mengambil segala kekayaan yang ada dari kerajaan tsb. Para bajak laut pun mulai menyusun rencana. Mereka mengetahui kalau kerajaan tersebut memiliki prajurit yang tangguh. sehingga mereka memilih menunggu hingga para pengawal kerajaan sedang lengah untuk melakukan penyerangan. Sontak pasukan kerajaan kalang kabut dengan serangan yang mendadak itu. Bahkan sang Raja ikut bertempur langsung bersama prajuritnya. Sang raja gugur dalam pertempuran tersebut sebagai seorang pahlawan. Para pangeran dan menteri pun juga tidak luput dari serangan yang sangat beringas tsb.Pasukan pengawal kerajaan hanya berhasil menyelamatkan "Putri Jembarsari". Ia lah satunya pewaris kerajaan yang berhasil diselamatkan.
Sang putri bersama beberapa pengawal kerajaan lari jauh mencari tempat yang aman. Tanpa mengetahui jika ada keluarga kerajaan yang selamat.Kawanan bajak laut tersebut berpesta atas kemenangan itu. Tampuk kekuasaan kerajaan diambil oleh pimpinan bajak laut . Sementara itu, pengawal kerajaan yang mengawal Putri Jembarsari tiba di tempat yang aman. Di tempat persembunyian tersebut,sang putri diajarkan berbagai ilmu beladiri. Dengan kecerdasan yang dimiliki sang putri, Putri Jembarsari dapat dengan mudah menerima berbagai ilmu tsb. Sekarang, Putri Jembarsari telah tumbuh menjadi gadis belia dan juga seorang pendekar.Suatu ketika, Putri Jembarsari memerintahkan pasukannya untuk membuka hutan belantara menjadi suatu perkampungan yang aman.
Sehingga banyak orang dari luar yang berdatangan, dan menjadi warga di daerah tersebut. Singkat cerita, daerah tersebut menjadi sebuah kerajaan kecil dan Putri Jembarsari yang menjadi ratunya. Mari kita kembali lagi untuk menengok kerajaan sebelumnya, yang telah diambil alih oleh bajak laut. Dikarenakan raja bajak laut yang tidak cakap dalam mengurusi kerajaan serta sikapnya yang sewenang-wenang. Menyebabkan terjadinya pemberontakan dimana-mana. Hingga akhirnya raja bajak laut tewas. Rakyat di kerajaan tsb lalu mencari Putri Jembarsari supaya bisa meneruskan tahta kerajaan ayahnya dulu yang terkenal sangat arif dan bijaksana. Mempertimbangkan usul dari sang penasihat, Putri Jembarsari setuju untuk menggabungkan 2 kerajaan tersebut. akhirnya kerajaan yang dipimpin oleh Putri Jembarsari semakin luas. Putri Jembarsari memerintah seperti ayahnya dulu, dengan arif dan bijaksana. Namun, ada yang iri dengan kesuksesan sang Putri. Saat melakukan kunjungan keluar kota, Putri Jembarsari diserang. Putri Jembarsari pun gugur. Untuk mengenang jasa Sang putri, kerajaan tersebut diberi nama "Kerajaan Jembarsari".Seiring waktu, nama Jembarsari berubah menjadi "Jember"

Sumber

Kabupaten Jember dibentuk berdasarkan Staatsbland Nomor 322 tanggal 9 Agustus 1928 dan sebagai dasar hukum mulai berlaku tanggal 1 Januari 1929. Pemerintah Hindia Belanda telah mengeluarkan ketentuan tentang penataan kembali pemerintah desentralisasi di wilayah Provinsi Jawa Timur, antara lain dengan menunjuk Regenschap Djember sebagai masyarakat kesatuan hukum yang berdiri sendiri. Secara resmi ketentuan tersebut diterbitkan oleh Sekretaris Umum Pemerintah Hindia Belanda (De Aglemeene Secretaris) G.R. Erdbrink, 21 Agustus 1928.

Pemerintah Regenschap Jember yang semula terbagi dalam tujuh Wilayah Distrik, pada tanggal 1 Januari 1929 sejak berlakunya Staatsbland No. 46/1941 tanggal 1 Maret 1941 Wilayah Distrik dipecah menjadi 25 Onderdistrik, yaitu:

Distrik Jember, meliputi onderdistrik Jember, Wirolegi, dan Arjasa.
Distrik Kalisat, meliputi onderdistrik Kalisat, Ledokombo, Sumberjambe, dan Sukowono.
Distrik Rambipuji, meliputi onderdistrik Rambipuji, Panti, Mangli, dan Jenggawah.
Distrik Mayang, meliputi onderdistrik Mayang, Silo, Mumbulsari, dan Tempurejo.
Distrik Tanggul meliputi onderdistrik Tanggul, Sumberbaru, dan Bangsalsari.
Distrik Puger, meliputi onderdistrik Puger, Kencong Gumukmas, dan Umbulsari.
Distrik Wuluhan, meliputi onderdistrik Wuluhan, Ambulu, dan Balung.
Berdasarkan Undang Undang No. 12/1950 tentang Pemerintah Daerah Kabupaten di Jawa Timur, ditetapkan pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Timur (dengan Perda), antara lain Daerah Kabupaten Jember ditetapkan menjadi Kabupaten Jember.

Dengan dasar Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1976 tanggal 19 April 1976, dibentuklah Wilayah Kota Jember dengan penataan wilayah-wilayah baru sebagai berikut:

Kacamatan Jember dihapus,
Dibentuk tiga kecamatan baru, masing-masing Sumbersari, Patrang dan Kaliwates.
Kecamatan Wirolegi menjadi Kecamatan Pakusari dan Kecamatan Mangli menjadi Kecamatan Sukorambi.
Bersamaan dengan pembentukan Kota Administratif Jember, wilayah Kewedanan Jember bergeser pula dari Jember ke Arjasa dengan wilayah kerja meliputi Arjasa, Pakusari, dan Sukowono yang sebelumnya masuk Distrik Kalisat. Dengan adanya perubahan-perubahan tersebut, pada perkembangan berikutnya, secara administratif Kabupaten Jember saat itu terbagi menjadi tujuh Wilayah Pembantu Bupati, satu wilayah Kota Administratif, dan 31 Kecamatan.

Dengan diberlakukannya Otonomi Daerah sejak 1 Januari 2001 sebagai tuntutan No 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah Kabupaten Jember telah melakukan penataan kelembagaan dan struktur organisasi, termasuk penghapusan lembaga Pembantu Bupati yang kini menjadi Kantor Koordinasi Camat. Selanjutnya, dalam menjalankan roda pemerintah di era Otonomi Daerah ini Pemerintah Kabupaten Jember dibantu empat Kantor Koordinasi Camat, yakni:

Kantor Koordinasi Camat Jember Barat di Tanggul
Kantor Koordinasi Camat Jember Selatan di Balung
Kantor Koordinasi Camat Jember Tengah di Rambipuji
Kantor Koordinasi Camat Jember Timur di Kalisat

2 Responses to "Sejarah Kota Jember Jawa Timur"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel